Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

SELAMAT HARI IBU 22 DESEMBER 2022


 ? Tahukah engkau... 

Bahwa yang pertama kali tinggal di Masjidil Haram adalah

'W A N I T A'

Itulah ibunda kita 'Siti Hajar', istri Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam...


🌺 Tahukah engkau...

Bahwa yang pertama kali beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah

'W A N I T A'

Itulah istri beliau 'Siti Khadijah' Radhiyallahu 'Anha...

🌺Tahukah engkau... 

Bahwa darah yang pertama kali tumpah di jalan ALLAH Subhanahu wa Ta'ala adalah darah

'W A N I T A'

Itulah darah 'Syahidah Sumayyah' ibunya Ammar Bin Yasir...


🌺Tahukah engkau...

Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Qur'an dan di dalamnya ada Surah bernama

'W A N I T A'

(An-Nisaa')

Itulah surah ke 4, dan surah terpanjang ke 4 dalam Al-Qur'an, ada 176 ayat setelah Al-Baqarah 286 ayat ; Al-ARaaf 206 ayat dan Ali Imran 200 ayat.

Sementara Surah 'Ar-Rijaal' (Laki-Laki) tidak kita temukan didalam 114 Surah.

🌺Tahukah engkau...

Nabi Saw bersabda: 

"aku berwasiat pada kalian agar bersikap baiklah terhadap

'W A N I T A'

Itulah kalimat yang beliau ulang-ulang  hingga 3 kali dalam khutbah perpisahan beliau (wada') sebelum beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam meninggalkan kita semua selamanya...


🌺 Tahukah engkau...

Nabi Saw bersabda :

"Siapa yang memiliki

'3 Anak Wanita'

kemudian mendidiknya dan berhasil baik dalam pendidikannya, maka itu akan menjadi pembebas baginya dari Api Neraka"

Sahabat bertanya : 

"Bagaimana jika hanya 2 Anak Wanita saja wahai Rasulullah?"

Jawab Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam: 

"2 Anak Wanita pun bisa"

Kata Sahabat lagi : 

"Bagaimana bila hanya 1 Anak Wanita saja Baginda Rasul?"

Jawab Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam : 

"1 Anak Wanita pun juga bisa"


🌺Tahukah engkau...

bahwa Surga itu terletak dibawah kaki

'Ibu (Wanita)' 

"Al-Jannatu Tahtaa aqdaamil Ummahaat : 

"Surga itu berada dibawah telapak kaki Ibu"

🌺Adakah kemuliaan yang melebihi semua ini bagi

'W A N I T A' ?!?

Katakanlah wahai para wanita : "Alhamdulillahi 'Alaa Ni'matil Islam" 

(Umar Bin Hafizh)


Jadi... jika engkau mengatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak memuliakan

'W A N I T A'

Itu 'Salah Besar'...


🌺"Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, bentuk tubuh yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. 

Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari mata hatinya, karena itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada".


🌺"CINTANYA TANPA SYARAT"🌺


‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Karena isteri, rezekimu bertambah.


‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Karena isteri, maka lahirlah anak-anakmu.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌‌‌Karena isteri, makan, pakaianmu dijaga.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Karena isteri, tenang hatimu.


🌺‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Karena isteri, lembut pandangan mata mu.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌‌Karena isteri adalah satunya manusia yang boleh melihat cacat cela mu yang tersembunyi dari pandangan mata mu dan masih menerima mu seadanya.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌

🌺Janganlah sakiti hati mereka, ingatlah setiap pengorbanan mereka, 

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌walaupun kecil di mata mu, baginya besar bagi dirinya.‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌

‌‌Setiap peluh yang menitik, yang bekerja untuk keluarganya,‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌ ‌‌setiap airmata yang menitis untuk anak-anak dan suaminya adalah salah satu tanda,‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌

dia isteri yang terbaik buat anda wahai yang bergelar suami.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌

🌺‌Renungan sepintas lalu... Mengapa WANITA sering menangis?

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Jawab Allah :

Karena WANITA itu unik.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌‌‌Aku ciptakan ia sebagai makhluk istimewa.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌KU kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anaknya,

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌KU lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman,

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌KU kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia,

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌KU teguhkan peribadinya untuk terus berjuang saat yang lain menyerah,

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌‌‌KU beri dia naluri untuk tetap menyayangi, walau dikhianati oleh teman, 

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌walau disakiti oleh orang yang disayangi.

WANITA makhluk kuat.

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‌Tapi jika suatu saat dia menangis itu karena KU beri air mata utk membasuh luka batin & memberi kekuatan baru.

‍‌‌‌‌‍‍‍‍‌‍‌🍁‌‌WANITA sangatlah istimewa.

WANITA..ciptaan yang istimewa.

‍‌‌‌‌‍‍‍‌‍‌➡‌‌Kata IBU paling→ berharga.

‍‌‌‌‌‍‍‍‌‍‌➡‌‌Doa IBU paling→makbul

‍‌‌‌‌‍‍‍‌‍‌➡‌‌ Restu IBU paling di berkati:

‍‌‌‌‌‍‍‌‍‍‍‌🌺‌‌wassalam.___🌺♏SA💞🌸🤝✍🏻💐

Tragedi Kepsek SMAN 3 Poso : Suratan Nasib Dan Harga Kopi


_Oleh: Wilson Lalengke_

JAKARTA,suarakpkcyber.com – Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 3 (SMAN 3) Poso, Sulawesi Tengah, Drs. Suhariono (57), saat ini tengah mendekam di dalam Rumah Tahanan (Rutan) Poso, sejak 6 September 2021. Ia divonis bersalah oleh Mahkamah Agung dan diganjar hukuman kurungan 4 tahun subsider 200 juta rupiah, yang jika tidak sanggup dibayar harus diganti dengan 6 bulan penjara [1]. Walaupun majelis hakim PN Tipikor Palu tidak menemukan bukti kuat untuk menghukum Suhariono sehingga memutus terdakwa bebas murni, namun di tingkat kasasi, majelis hakim (tidak) agung justru mengabulkan permohonan kasasi JPU dari Kejari Poso yang meminta Suhariono dipenjarakan. Mirisnya lagi, hingga tulisan ini naik tayang, minuta putusan kasasi MA belum dibuat dan diserahkan kepada Suhariono, yang oleh karena itu belum dapat melakukan upaya hukum Peninjauan Kembali [2].

Kepala SMAN 3 Poso yang malang itu didakwa melakukan tindak pidana korupsi melakukan pungutan dan penggunaan uang komite sekolah. Terkait dengan dakwaan ini, perlu kita ketahui unsur tindak (delik) pidana korupsi yang tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK).

Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 berbunyi: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan denda paling sedikit dua ratus juta rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.” [3]

Dan, Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 menetapkan bahwa: “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit lima puluh juta rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.”

Berdasarkan kedua pasal UU PTPK tersebut, maka dapat kita urai unsur-unsur delik korupsi yang terdapat di dalamnya, sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. Menggunakan kewenangan, jabatan, kesempatan, dan sarana secara melawan hukum;

3. Menguntungkan dan memperkaya diri sendiri dan orang lain atau suatu korporasi; dan

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Dalam proses persidangan, keempat unsur inilah yang harus menjadi pedoman bagi setiap pihak terkait, yakni jaksa, pengacara, dan hakim, ketika membedah persoalan untuk kemudian hakim mengambil keputusan. Selama persidangan keempat unsur ini harus dibuktikan kebenaran faktualnya melalui pemeriksaan alat-alat bukti yang sah, seperti keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Untuk mendukung kebenaran dan keabsahan alat-alat bukti itu umumnya harus disertai barang bukti yang digunakan dalam melakukan tindak pidana [4].

Ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan, hakim tidak dibenarkan membuat keputusan berdasarkan opini, asumsi, perkiraan, prediksi, ramalan, dan/atau rekaan-rekaan. Bahkan, hakim diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menolak alat dan barang bukti serta argumentasi yang meragukan bagi hakim yang menyidangkan perkara. Artinya, hakim wajib mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang sah disertai barang bukti pendukung yang benar dan faktual dan tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya” [5].

Pada kasus vonis putusan kasasi Mahkamah Agung terhadap Kepsek Suhariono, dari keempat unsur delik pidana korupsi yang disangkakan kepadanya, hanya poin nomor 1 yang terpenuhi. Lainnya tidak. Unsur setiap orang terpenuhi, yakni seorang individu bernama Suhariono.

Point kedua ‘unsur menggunakan kewenangan, jabatan, kesempatan, dan sarana secara melawan hukum’ tidak terpenuhi. Sebagai kepala sekolah, Suhariono melakukan pengumpulan dana komite sekolah dan menggunakannya berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Sulawesi Tengah Nomor 10 tahun 2017 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa. Lagi, Suhariono hanya melanjutkan kebijakan yang sudah berjalan secara estafet dari kepala sekolah sebelumnya. Plus, dia hanya menjalankan kebijakan dan keputusan dari Komite Sekolah SMAN 3 Poso yang adalah para orang tua wali murid.

Poin ketiga ‘unsur menguntungkan dan memperkaya diri sendiri dan orang lain atau suatu korporasi’ juga tidak terpenuhi, kecuali jika dipelintir sekehendak hati. Kepsek itu tidak diuntungkan dan jadi kaya karena penggunaan uang komite sekolah. Dana tersebut digunakan untuk kemajuan sekolah, baik fisik bangunan maupun halaman sekolah, kegiatan ekstra kurikuler dan penambahan (les) belajar para siswa yang dibimbing guru-gurunya. Sebagian uang komite diperuntukan sebagai honor guru-guru yang membimbing siswa-siswa tersebut, dan ini atas persetujuan pengurus komite sekolah. Guru-guru juga tidak diuntungkan dan jadi kaya karena uang komite sekolah.

Korporasi (baca: sekolah) menjadi lebih bagus, lebih maju, lebih indah, lebih aman, lebih nyaman, lebih segar, lebih bergairah, dan lebih menjanjikan dari sisi lulusan SMAN 3 Poso yang berkualitas. Jika kondisi sekolah yang menjadi lebih baik itu dipelintir dan dikategorikan 'memperkaya korporasi', yaa suka-suka kalianlah. Akal waras angkat bendera putih!

Poin keempat, yakni ‘merugikan keuangan negara atau perekonomian negara’ tidak terpenuhi dengan sangat telak. Tidak satu sen pun uang negara, baik dari dana APBN/APBD (entah dalam bentuk dana BOS, dana rutin sekolah, gaji guru, karyawan, dan sebagainya) yang terpakai dan/atau terkorupsi oleh Kepsek Suhariono. Seluruh dana yang dipersoalkan JPU dalam mendakwa Kepsek ini sebagai koruptor adalah dana komite sekolah.

Uang komite sekolah tidak masuk kategori uang negara. Uang itu adalah dana yang dihimpun dari orang tua/wali siswa. Diputuskan besaran dan penggunaannya oleh pengurus komite sekolah melalui rapat orang tua/wali murid atau pengurus komite sekolah. Apakah pemungutan dan penggunaan dana komite sekolah itu merugikan perekonomian nasional? Jika hal itu dianggap merugikan atau mengganggu perekonomian nasional, sekali lagi suka-suka kalianlah, akal waras angkat bendera putih. Menyerah ‘Ndan!

PN Tipikor Palu membebaskan Suhariono dari tuduhan JPU. Para Hakim Tipikor di PN Palu itu telah bekerja dengan benar dan tidak hanya sesuai aturan hukum positif dan logis, tapi juga mereka menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan berdasarkan keuangan yang maha besar. Salut dan hormat kepada para hakim yang mulia di PN Palu, semoga tetap istiqomah dalam membuat keputusan hukum bagi warga pendamba keadilan di manapun bertugas.

Perlu juga diketahui bahwa semua SMA, SMK, dan SLB di Sulawesi Tengah, termasuk di Kabupaten Poso, melakukan hal yang sama, memungut dan menggunakan dana komite sekolah dengan berpedoman kepada Pergub Sulteng No. 10 tahun 2017 itu. Mengapa hanya Suhariono seorang yang dikasuskan dan divonis penjara? Bahkan, kepsek yang menjabat sebelum Pak Suhariono juga tidak diproses dan dihukum. Ada apa ini Pak Hakim yang (tidak) Agung?

Lebih ironisnya, Suhariono divonis 4,5 tahun? Ini merupakan vonis bagi seorang guru yang na’unzubillah luar biasa mengagumkan. Sebuah vonis yang jauh lebih hebat daripada hukuman bagi para koruptor kakap penilap uang APBN/APBD miliaran yang umumnya divonis ringan, dan mendapatkan bonus korting masa hukuman [6].

Sebagai kesimpulan tulisan ini, kita berbaik sangka saja. Mungkin para hakim (tidak) agung yang memeriksa kasus ini kurang ngopi sehingga matanya rabun dan tidak bisa membaca perkara dengan benar. Jika itu yang terjadi, berarti sudah suratan nasib bagi Pak Suhariono untuk masuk prodeo. Bukan karena kesalahannya, tetapi karena harga kopi terlalu mahal. Korban dugaan kriminalisasi Mahkamah Agung itu terlalu lemah untuk sekedar dapat menyediakan kopi manis bagi para pemangku kepentingan hukum di negeri antah-berantah ini [7]. (AN)

*Catatan:*

[1] Miris..!! Seorang Kepala Sekolah di Poso Mengalami Kriminalisasi; https://www.youtube.com/watch?v=_rnhiO60q5A

[2] Alumni Lemhannas: Tidak Hanya Lelet, Mahkamah Agung Terindikasi Melanggar HAM; https://pewarta-indonesia.com/2022/01/alumni-lemhannas-tidak-hanya-lelet-mahkamah-agung-terindikasi-melanggar-ham/

[3] Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/45350/uu-no-31-tahun-1999

[4] Alat Bukti dan Barang Bukti; https://www.hukumonline.com/klinik/a/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti--lt4e8ec99e4d2ae

[5] Hukum Acara Pidana: Perbedaan Alat Bukti dan Barang Bukti; https://heylawedu.id/blog/hukum-acara-pidana-perbedaan-alat-bukti-dan-barang-bukti

[6] Vonis Hukuman Djoko Tjandra Dipangkas, Ini Deretan Koruptor yang Terima Korting; https://nasional.tempo.co/read/1489003/vonis-hukuman-djoko-tjandra-dipangkas-ini-deretan-koruptor-yang-terima-korting

[7] Kronologi OTT KPK ke Hakim-Panitera Pengganti PN Surabaya; https://news.detik.com/berita/d-5907664/kronologi-ott-kpk-ke-hakim-panitera-pengganti-pn-surabaya

Kibarkan Bendera Setengah Tiang. " LONCENG KEMATIAN KIAN DEKAT"


*_Oleh : M. Mufti Mubarok_*


Suarakpkcyber.com-Rasa was was berselimut  takut terus menghantui setiap nyawa.

Detak jam dan jantung serasa berkejar kejaran.

Nafas nafas hamba terasa berlomba diperhentian

Urat nadi urat leher makin tampak berhenti.

Setiap jiwa pasti akan kembali.

Dua minggu yang lalu saudara saudara teman telah pergi .

Seminggu yang lalu saudara dekat  juga pulang

 

Dan Hari ini? ………………………entah siapa lagi

 Yang pasti panggilan itu akan sampai.

Lonceng kematian kian dekat.

Gema suara pengumuman bersautan  di udara terus berkumandang seperti azan.

WA kita terus gayung bersambut mengabarkan berita yang sama.

Seperi berita itu menjadi rutin  dan  makin sering dan sangat sering.

Hanya kalimat Innalillahi wainna Illaihi rojiun yang masih ada

Husnul khotimah menjadi doa pamungkas.

Yang ditinggalkan diberi kesabaran.

Rasanya kita juga telah merasakan  hari kepastian  yang pasti sampai.

Hari itu makin dekat dan makin dekat.

Bunyi sirine  ambulance makin marak.

Tempat tempat pemakanan tak menampung

Entah karena covid atau komorbit

Atau sebab takdir lain yang Wallahu Aklam 

Sebagai manusia memang harus kembali

Kembali ke Sang Kholik.

Sudah siapkan kita?

Kapan giliran pengumuman itu.

Tanggal berapa, jam berapa, dimana tidak ada yang tahu

Tapi itu pasti.

Malaikat malaikat pencabut nyawa sudah dekat.

Harta benda yang di perjuangkan selama  tak ada artinya.

Jabatan yang kita kejar siang malam tak juga berarti.

Anak, pasangan hidup,   cucu dan saudara jadi kenangan

Kesombongan dan keserakahan serta hafsu duniawi tak lagi ada.

Dan kini tinggal bayang bayang akan siksa kubur dan gelapnya alam penantian.

Bekal apa yang harus di bawah?

Apa yang perlu disiapan?

Sudah siapkah?

Setidak bekal itu harus dipersiapkan

Amal jariah yang selalu mengalir

anak yang sholeh yang selalu mendoakan 

ilmu yang di amalkan selalu memberi manfaat.

sudah cukupkan bekal itu

 jika dibacakan tanda tanda kebesaran Allah maka tergerakkan hatinya.

kembalilah ke jalan Tuhan dengan hati tenang dan istiqolah

Mari kibarkan bendera setengah tiang unt saudara saudara kita yang sudah mendahului kita

Mengheningkan cipta .

_M,Mufti Mubarok, di sudut kota pahlawan, 9-7-2021_

Jatuh Bangun Kehidupan Soekirah, Biografi Ibunda Presiden Soeharto, Kelahiran Soeharto Menjadi Berkah Di Tengah Musibah



Ibunda Presiden Soeharto, Soekirah, dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan


JAKARTA,suarakpkcyber.com- Raden Roro (Rr) Soekirah adalah ibu dari Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Soekirah lahir di daerah Argomulyo, Yogyakarta, pada 1903 dari pasangan Sukiman dan Suminem.

Tempat Soekirah tinggal dikenal sebagai desa agraris. Usia belianya dihabiskan di sawah, membantu tetangga dan orang tuanya menanam padi. Soekirah sangat senang bila musim panen tiba, karena area bermainnya akan semakin luas. Ketika musim kemarau, dia bersama teman-temannya sering menghabiskan waktu di bawah pepohonan atau mandi di kolam alam. Soekirah kecil dikenal sebagai gadis yang ceria dan tangkas.

Menginjak remaja, sang ibu mempersiapkan Soekirah agar menjadi istri yang baik. Dia mulai dibebankan sejumlah tanggung jawab serta diwajibkan untuk bisa memasak. Tumbuh dengan nilai agama serta norma Jawa, Soekirah berubah menjadi kembang desa yang tidak pernah memandang orang berdasarkan strata sosialnya, meski dia tumbuh di lingkungan yang feodal.

Sikap egaliter Soekirah terbukti ketika dia menikahi Kertoredjo, seorang duda dua anak, saat berusia 16 tahun. Akan tetapi, sejak itulah hidupnya berubah. Romansa pernikahan yang didambakan oleh kebanyakan orang tidak ia rasakan. Soekirah bahkan sempat “menghilang” selama tiga hari karena tidak kuat menahan tekanan psikis yang menerpanya.

Namun di balik beratnya hidup, rupanya Tuhan mengaruniakan Soekirah seorang anak laki-laki yang kelak menjadi presiden terlama dalam sejarah Indonesia, yang juga dijuluki Bapak Pembangunan.

Lantas, apa sih yang sebenarnya terjadi? Gimana pahit-manis hidup Soekirah?

1. Memiliki suami yang suka judi dan “main” perempuan
Soekirah dan suaminya dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam buku 'Ibu Indonesia dalam Kenangan' menceritakan, betapa sulitnya kehidupan Soekirah sejak menikah.

Dia dan suaminya memiliki prinsip yang berbeda. Soekirah yang berusia 16 tahun masih memiliki sifat manja. Sementara suaminya, yang bekerja sebagai ulu-ulu atau seorang yang bertugas membagikan jatah air ke sawah-sawah, memiliki kebiasaan bermain judi. Sebenarnya, judi merupakan kebiasaan yang terbilang lumrah saat itu. Karena perbedaan inilah, suasana rumah tangga mereka menjadi canggung.

Lambat laun, kebiasaan buruk Kertoredjo menggerogoti kebahagiaan rumah tangga Soekirah. Kertoredjo menjual paksa perhiasan yang dimiliki istrinya untuk main “perempuan” dan berjudi. Padahal, Soekirah sedang hamil tua kala itu.

Soekirah yang tidak kuat berada satu atap dengan suaminya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dalam keadaan heran, ibu Soekirah bertanya, “kenapa pulang ke sini sendiri dan tidak diantar suami? Ibu tidak mau apalagi perutmu sudah besar!”

Mendengar keluhan sang Ibu, Soekirah hanya bisa menangis.

2. “Menghilang” selama tiga hari
Suasana Desa Kemusuk dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Keesokan harinya, Soekirah tidak lagi berada di rumah. Semula, keluarga mengira dia telah kembali ke rumah suaminya. Namun setelah dicek, dia juga tidak ada di rumah. Kabar hilangnya Soekirah menggegerkan Desa Kemusuk, kediaman orang tuanya.

Di tengah cobaan yang menerpanya, Soekirah masih percaya bahwa Tuhan merupakan sosok Yang Maha Adil. Untuk mengubah nasibnya, Soekirah menjalani Ngebleng, yaitu ritual yang dipercaya oleh masyarakat Jawa (khususnya Kejawen) dengan melakukan puasa makan, minum, dan pantang tidur minimal 24 jam. Segala ritual itu diyakini menjadi cara yang efektif untuk “merayu” Tuhan supaya bisa mengubah nasib.

 Ngebleng biasanya dilakukan di gua atau menyendiri di sentong (kamar bagian tengah). Setelah tiga hari tak ada kabar dari Soekirah, tiba-tiba dia mengagetkan keluarga karena keluar dari sentong dalam kondisi lemas. Keluarga padahal sudah memeriksa sentong, tapi tidak melihat tanda-tanda kehadiran Soekirah.  

“Soekirah nekat melakukan ngebleng untuk memperbaiki takdir. Setelah istirahat, diberi makan dan minum, ia dinasihati ibunya. Ia hanya bisa pasrah dan berharap kelak anak yang dikandungnya akan membawa suasana yang lebih baik untuk keluarga,” tulis Nurinwa dalam buku yang diterbitkan pada 2004 itu.

3. Cerai hingga tidak bisa memproduksi ASI
Soeharto mengunjungi makam ibunya dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Pada 8 Juni 1921, buah hati yang dinanti akhirnya tiba. Kertoredjo menamainya Soeharto yang berarti harta yang berlebih. Dia berhadap anaknya kelak tidak kekurangan dan penuh dengan rezeki.

Sayangnya, kehadiran Soeharto bahkan tidak memberikan kesejahteraan rumah tangga. Soekirah sudah lelah menahan tekanan psikis dari kebiasaan buruk suaminya. Puncaknya adalah ketika dia jatuh sakit sehingga tidak bisa memproduksi ASI untuk Soeharto. Akhirnya, dia memutuskan untuk bercerai.

Selama Soekirah sakit, Soeharto dibesarkan oleh Mbah Kromodirjo yang masih memiliki hubungan dengan Kertoredjo. Seiring kesehatan Soekirah yang membaik, dia kemudian berkenalan dan memutuskan untuk menikah dengan Purnomo. Kedua pasangan itu mengambil kembali Soeharto dari Mbah Kromo saat dia berusia tiga tahun.

4. Soeharto disekolahkan di Yogyakarta
Presiden Soeharto [kiri] saat meresmikan Jembatan Mahakam pada 1986. (Dok. Humas Pemkot Samarinda)
Kertoredjo memiliki rencana untuk menitipkan Soeharto kepada adiknya, Ny. Prawiroharjo yang merupakan istri dari Menteri Pertahanan di Wuryantoro, dengan harapan pendidikan anaknya terjamin. Tanpa sepengetahuan Soekirah, Soeharto yang masih berusia delapan tahun “diculik” untuk sekolah di Yogyakarta. Kertoredjo terpaksa melakukan hal itu karena pasti tidak diizinkan oleh mantan istrinya.

Setahun kemudian, Soeharto dijemput oleh ayah tirinya ketika libur sekolah. Purnomo berjanji untuk mengantarkan kembali Soeharto ketika libur sekolah usai. Tapi, Soekirah tidak merelakan Soeharto untuk kembali ke Yogyakarta.

Beberapa bulan kemudian, Ny. Prawiroharjo mendatangi Soekirah langsung untuk meminta izin supaya Soeharto bisa melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Atas restu Soekirah, akhirnya dia mengizinkan Soeharto untuk tinggal bersama orang tua angkatnya.

5. Kebahagiaan mulai menghampiri hidup Soekirah
Ibunda Presiden Soeharto, Soekirah, dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Bahtera rumah tangga Soekirah dengan Purnomo dipenuhi bahagia. Soekirah yang tumbuh di lingkungan sederhana tidak pernah merasa kekurangan. Dia bahkan memiliki dapur yang luas karena senang memasak bersama tetangganya, serta membagikannya kepada warga setelah bertani.

Di antara makanan yang sering dibagikan Soekirah adalah pondhoh atau sejenis nasi yang dicampur dengan kelapa muda, sayur lodeh gori, jantung pisang, oseng daun kates, dan oseng lombok hijau. Meski saat itu harga bahan pokok terbilang mahal, namun Soekirah akan merasa malu jika dia hanya menyajikan minuman tawar dan makanan seadanya kepada semua orang yang membantunya.

Dia akan sangat marah jika anak-anaknya tidak menghabiskan makanan yang mereka ambil sendiri. Ini merupakan kepercayaan masyarakat Jawa akan hukuman Dewi Sri, yaitu paceklik panjang bagi mereka yang suka menyia-nyiakan makanan.

6. Meninggal dunia pada 1946
Makam Soekirah dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Soekirah tumbuh sebagai ibu yang “tahan banting”. Sayangnya, dia tidak bisa menyaksikan betapa anak-anaknya tumbuh menjadi sosok yang berguna bagi bangsa dan negara karena penyakit yang dideritanya. Dia akhirnya meninggal pada 1946, saat usia 43 tahun dan dimakamkan di Gunung Pule.

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Komandan Batalyon Yogyakarta selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi ibunya selepas kerja. Namun, Soeharto tidak berada di sisi sang ibu ketika Soekirah mengembuskan napas terakhirnya. Kala itu Soeharto sedang ditugaskan di Kendal.

Sementara, ayahnya meninggal pada 1949. Saat itu, Belanda mencari jejak Soeharto yang merupakan pimpinan pasukan gerilya Yogyakarta. Setibanya di Desa Kemusuk, Belanda membakar seluruh rumah. Salah satu rakyat yang gugur adalah Purnomo karena ditembak oleh pasukan Belanda.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapainya.
            ****Redaksi******

Kisah Nyata, Qurban Untuk Emak



Suarakpkcyber.com-Kisah ini diceritakan seorang pedagang hewan qurban pada Idul Adha tahun lalu, tentang sebuah kejadian yang membuat hatinya amat tersentuh, berikut kisahnya:
.
Seorang wanita datang memperhatikan dagangan saya.
.
Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli.
.
Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya.
.
"Silakan bu..!"
.
Lantas ibu itumenunjuk salah satu kambing termurahsambil bertanya : "Kalau yang itu berapa Pak?"
.
"Yang itu 1.700 .000 ribu bu." jawab saya.
.
"Harga pasnya berapa?" tanya kembali si Ibu..
.
"1.600.000 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah" jawab saya.
.
"Tapi, uang saya hanya 1.500 .000 ribu, boleh pak." pintanya. 
.
Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.
.
Saya pun mengantar hewan qurban tersebut sampaike rumahnya, begitu tiba di rumah nya.
.
Astaghfirullah...,ALLAHU Akbar...terasa menggigil seluruhbadan karena melihat keadaan rumah ibu itu.
.
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug reot berlantai tanah tersebut.
.
Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik.
.
Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
.
Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.
.
"Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa?" kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun.
.
"Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak." kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
.
Si nenek sangat terkaget, tapi nampak jelas raut bahagia di wajahnya, ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja..
.
Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap : "Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban."

"Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurbanatas nama emak saya." Kata ibu muda itu.
.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa : "Ya ALLAH,ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yangpasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa."
.
"Pak, ini ongkos kendaraannya." Panggil ibu itu.

"Sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar." kata saya sambil menyembunyikan mata saya yang sudah berkaca-kaca.
.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari ALLAH sudah mempertemukan dengan hamba-NYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya meski dengan segala keterbatasan ekonominya.
.
SubhaanALLAH..!!
.
Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan.
.
Kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup, bukan untuk dirinya, tapi demi Ibunda tercintanya. 
.
Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berqurban.
.
Padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan,tas, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban.
.
Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.. Semoga bermanfaat untuk kita semua....Aamiin yaa Mujibassailin.

              *** Redaksi ***
.

DOKTER ITU MENCAPAI PUNCAK GUNUNG



Suarakpkcyber.com. - Cerpen Esai (1)

Kematian itu bukan sekadar angka dalam tabel statistik. Itulah responku ketika membaca berita sudah lebih dari 100 dokter di Italia wafat karena terpapar virus corona (2). Atau di Indonesia, dinyatakan sudah 24 dokter meninggal terkena Covid-19 (3).

Dokter itu tak hanya data. Ia punya keluarga. Ia punya istri dan anak yang menyanginya. Ia punya adik seperti aku ini yang sangat dekat padanya.

Sudah dua minggu aku berkerja di rumah. Itu hal yang tak sulit. Tapi kehilangan Cahya, kakak kandungku, dokter yang penuh pengabdian, sungguh menyentak. Dua malam sudah tidurku tak nyenyak.

Ketika Cahya wafat, dari rumah sakit, ia langsung dibawa ke pemakaman. Aku hanya bisa melihat dari jauh, bersama istri, anaknya dan cucunya.

Sejak seminggu ia diisolasi, aku tak melihat wajahnya. Ketika wafat, ia juga dibungkus kantong plastik. Tak pernah kubayangkan, berpisah dengan kakakku dalam suasana seperti itu.

Di hari ketiga kematiannya, kami tahlilan seadanya. Dokter Bambang sahabatnya iku hadir. Bambang ikut merawat kakakku ketika diisolasi.

Setelah tahlilan, Bambang berbisik padaku. “Jak, ada pesan dari kakakmu.” Aku kaget. “Ya, mas Bambang. Pesan apa ya?” Ujar Bambang: “Tak terlalu jelas. Ia terbata-bata. Hanya terdengar seperti “Tolong sampaikan ke Jaka. Aku mencapai puncak gunung.”

Aku terdiam. Itu kalimat yang sering ia ulang-ulang di masa kami remaja. Kini usiaku 57 tahun. Usia Cahya 59 tahun. Jarak usia kami hanya dua tahun.

Walau kakak-adik, kami juga kawan bermain. Banyak kawanku menjadi kawannya. Atau kawannya menjadi kawanku.

Sejak kematiannya, aku tidur sangat larut malam. Datang kembali memori bersama sejak masa kecil.

Ujarku dalam hati. “Cahya, kakakku sayang. Banyak yang aku sesali justru di babak akhir hidupmu. Kau seperti dulu. Keras kepala. Nekad.”

“Jika masih ada yang aku syukuri, itu karena kau mendapatkan harapanmu sejak dulu. Dirimu merasa sudah mencapai puncak Gunung.

-000-

Teringat saat aku kelas 1 SMA. Cahya kelas 3 SMA. Paman Beni sering berkunjung ke rumah. Paman sangat pandai bercerita dan mengugah semangat. Banyak pelajaran hidup kami peroleh dari paman. Ia seorang tentara.

“Tak ada kebahagiaan yang lebih tinggi bagi seorang tentara,“ ujar Paman, “Kecuali, ia mati dalam tugas. Manusia yang hidup untuk berjuang, hidupnya lebih bermakna. Ibarat pendaki, ia sudah sampai di puncak gunung.”

Inilah pertama kali aku mendengar istilah perlunya manusia sampai di puncak gunung. Kakakku Cahya sangat senang dengan istilah itu. Berkali-kali ia ulang: “Hidupku harus sampai di puncak gunung.”

Ia berkata kepada Paman Beni. “Paman, saya juga senang untuk sampai di puncak gunung. Tapi saya tak ingin berjuang seperti tentara yang kadang harus membunuh orang.”

“Saya ingin menjadi pejuang perdamaian yang menyembuhkan orang. Dokter akan menjadi profesi saya. Dedikasi saya nanti dalam melayani pasien sama tingginya seperti Mozart ketika main piano. Sama intensnya seperti Van Gogh ketika melukis.”

Keluarga kami banyak membaca. Sejak SMA, kami tahu Mozart, Van Gogh, Sigmun Freud, hingga William Shakepeare. Paman Beni juga yang banyak mempengaruhi.

Kakak mulai suka profesi dokter karena setiap Kamis malam ia mengikuti serial Dr. Kildare di TVRI. (4) Ini dokter muda yang pintar, ganteng, banyak disukai terutama pasien wanita.

Jika datang jam tayang serial itu, kakak tak bisa diganggu. Bahkan ia seringkali memaksaku ikut menonton menemaninya. Richard Chamberlien membintangi film itu.

Aku tak ingat lagi detail ceritanya. Tapi ada satu adegan yang aku ingat. Saat itu Dr. Kildare memeriksa wanita muda cantik yang agak genit. “Sakit apa yang kamu rasakan?” tanya Dr. Kildare. Gadis muda itu menjawab, “Aku bersedia menyatakan sakit apa saja asal bisa menjadi pasienmu.”

Aku dan kakak tertawa. Dr Kildare menjadi idola kakak. Suatu kali ia berkata: “Jaka, bagiku dokter itulah tentara di masa damai. Perangnya melawan penyakit.”

“Dokterpun bisa mati dalam tugas. Itu sama mulianya dengan tentara yang mati dalam tugas. Mereka sama-sama mencapai puncak gunung.”

-000-

Tahun 2020, usia Cahya sudah 59 tahun. Bulan Januari awal ia sudah pensiun sebenarnya. Apalagi yang mau ia cari?

Ia memiliki rumah sakit ukuran sedang. Ini sudah memberikan kenyamanan penghasilan walau ia tak bekerja lagi. Ia beberapa kali mendapatkan penghargaan di bidangnya, ahli paru-paru.

Namun Febuari 2020, ketika isu virus corona muncul, ia niatkan aktif kembali menjadi dokter. Kembali ia ingin menjumpai pasien.

Istri, anak dan cucunya protes. “Ayah, banyak tenaga muda di luar sana. Ayah tak lagi muda. Imunitas Ayah jauh berkurang. Ayah mau bunuh diri?”

Cahya hanya tertawa memeluk putri tersayang yang selalu bertindak menjadi komandan pengawas. “Sayang,” ujar Cahya, “Tenaga medis sangat kurang sekali. Ahli paru-paru seperti Ayah dibutuhkan.”

“Virus Corona itu seperti musuh yang masuk ingin menguasai negara kita. Dokter itu seperti tentara. Ia berada di garis depan. Ini musuh datang di depan mata, kok Ayah malah sembunyi?”

“Bagaimana jika Ayah terpapar Virus Corona,” tanya putrinya lagi. “Sayang,” ujar Cahya, “Ayahmu ini ahli paru-paru. Tahulah Ayah cara melindungi diri.”

Seperti biasa, ketika berkehendak, Cahya tak bisa dihalangi.

-000-

Cahya kembali bertugas. Hampir setiap hari ia curhat padaku. Lebih sering ia menelfonku hanya untuk melepas ketidak-puasannya.

Sebagai dokter senior, beberapa kali ia kecewa dengan pernyataan Menteri Kesehatan. Sang menteri banyak membuat pernyataan yang tak perlu dan blunder. Misalnya, ia menantang ahli dari Harvard untuk masuk ke Indonesia. Ia meyakini Indonesia bebas Virus Corona. (4)

Tak lama kemudian, Jokowi sendiri mengumumkan virus corona sudah menelan korban. Bahkan saat itu angka kematian akibat Virus Corona di Indonesia termasuk paling tinggi.

Cahya juga mengeluh kurangnya fasilitas dan alat kesehatan di rumah sakit rujukan. Ada satu ruang isolasi luasnya hanya 3 x 4 m2. Ruang itu diisi oleh enam orang. (5)

Padahal keenam orang itu belum diketahui pasti apakah positif atau tidak tertular virus. Bisa jadi, di ruang itu malah mereka saling menularkan.

Ada beberapa pasien yang sudah ditest darah dan thorax. Hasilnya baik. Tapi ia belum ditest Swab. Alatnya belum ada. Akibatnya, masih belum diketahui, ia positif atau negatif terpapar Virus Corona.

Pasien itu diminta menunggu berhari-hari di rumah sakit. Ia dilarang pulang. Jangan-jangan justru karena di rumah sakit, ia akhirnya terpapar.(6)

Cahya sendiri bekerja penuh dedikasi. “Tapi Jaka, jumlah tenaga medis tak cukup untuk melayani. Aku kadang harus menginap di rumah sakit. Hanya tidur 2-3 jam saja. (7) Bahkan ada dokter yang kelelahan dan tidur di lantai.” (8)

Dugaanku ketika Cahya lelah dan lengah, saat itulah ia terpapar oleh pasiennya sendiri.

-000-

Ketika masuk ruang isolasi pertama kali, Cahya mengirimkan pesan WhatsApp di japri.”Jaka, aku titip Rani.”

Teks itu lima hari sebelum kematiannya. Aku menduga ia sudah punya data dan firasat.

Rani adalah cucu kesayangannya berusia baru 8 tahun. Ayah dan Ibu Rani wafat kecelakaan mobil. Rani tinggal bersama Cahya dan Istri. Dua anak Cahya lainnya sudah menikah dan tinggal di rumah berbeda.

Hari itu, kuajak Rani main ke rumahku. Kutanya ia ingin menjadi apa besar nanti. “Aku ingin menjadi seperti kakek Cahya, menjadi dokter,” ujar Rani.

“Dengar ya sayang,” kataku kepada Rani. “Pilih saja, apapun yang berdetak di hatimu. Tapi apapun yang dirimu pilih, upayakan dirimu sampai ke puncak gunung.” Kuulangi berkali-kali kalimat favorit kakeknya.

“Ya, kakek Jaka,” jawab Rani senang.

Kupeluk Rani. “Ya, Allah, serasa aku memeluk jiwa kakakku.” (*)

April 2020

Catatan

1). Catatan kaki sangat sentral posisinya dalam cerpen esai. Ia sumber pokok cerita. Teks di atasnya hanya dramatisasi agar kisah sebenarnya lebih menyentuh.

Kisah dalam cerpen ini semata fiksi. Namun ia mengembangkan spirit seorang dokter senior di Perancis, Usia 68 tahun. Ia seharusnya sudah pensiun. Tapi ia ingin kembali aktif membantu kolega. Perancis menurutnya membutuhkan lebih banyak tenaga medis. Akhirnya, ia sendiri terpapar dan wafat. https://www.google.co.id/amp/s/amp.theguardian.com/world/2020/mar/22/he-sacrificed-himself-tributes-to-first-french-doctor-to-die-from-coronavirus

2). Jumlah dokter yang wafat karena Virus Corona di Itali melampaui angka 100. https://www.google.co.id/amp/s/www.thelocal.it/20200409/more-than-100-doctors-have-now-died-in-italys-coronavirus-outbreak/amp

3). Jumlah dokter yang wafat karena Virus Corana berjumlah 24. https://www.indozone.id/amp/0ysxeX/tangani-pasien-virus-corona-24-dokter-di-indonesia-meninggal-dunia

4). Menteri kesehatan menantang ahli dari Harvard masuk ke Indonesia. Menururnya Indonesia bebas Corona, antara lain karena banyak berdoa. https://m.liputan6.com/health/read/4177135/menkes-terawan-tantang-harvard-cek-virus-corona-di-indonesia

5). Sarana medis di Rumah Sakit rujukan tidak memadai. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/16/11543851/rsud-rujukan-pemerintah-untuk-tangani-virus-corona-kurang-memadai-ini?page=all#page4

6). Lihat catatan kaki no 5

7). Dokter kurang istirahat. https://www.google.co.id/amp/s/news.okezone.com/amp/2020/04/01/525/2192620/curhat-dokter-saat-pandemi-corona-beban-kerja-bertambah-tidur-tak-bisa-nyenyak

8). Bahkan ada dokter yang tidur di lantai rumah sakit. https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4881579/kelelahan-tangani-pasien-virus-corona-dokter-di-china-tidur-di-lantai-rs