Meski sejarah biografi Eyang Suryo Kusumo tidak banyak diketahui secara pasti, para sesepuh menyebut beliau berasal dari Kerajaan Mataram. Dikisahkan, Eyang Suryo Kusumo merupakan putra seorang raja yang memilih keluar dari lingkungan keraton untuk memperdalam agama sekaligus menyebarkan syiar Islam kepada masyarakat. Sosoknya dikenal dermawan dan penuh belas kasih kepada sesama.
Tradisi haul ini sudah menjadi agenda tahunan yang selalu dipadati ribuan jamaah peziarah dari berbagai daerah. Tidak hanya warga Mejobo, kegiatan ini juga melibatkan warga Desa Kirig, Jekulo, dan wilayah sekitar.
Rangkaian kegiatan haul dimulai sejak 31 Agustus hingga puncaknya pada 9 September 2025. Beberapa kegiatan yang digelar antara lain:
Bersih-bersih area makam Eyang Suryo Kusumo dan Sayyid Ahmad Bafaqih.
Khataman Al-Qur’an bil ghoib dan khataman Al-Qur’an bin nadhor yang diikuti putra-putri santri
Santunan anak yatim yang diselenggarakan oleh Panitia
Puncak acara haul berlangsung meriah dengan pengajian umum yang menghadirkan dua ulama besar, yakni KH Ahmad Badawi Basyir dari Jekulo Kudus serta KH Dr. Abdul Ghofur Maimun dari Sarang Rembang. Acara ini juga dihadiri para tokoh agama, pejabat daerah, unsur kepolisian, TNI, hingga tokoh masyarakat setempat.
Ketua panitia haul, K. Moh Sumaji A.F, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan tahunan ini. Ia mengingatkan generasi muda agar senantiasa mengenang jasa para pendahulu, khususnya wali dan pejuang Islam yang telah mengorbankan hidupnya demi syiar agama di Nusantara.
“Haul ini bukan sekadar tradisi, tapi juga momentum untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW serta sifat dermawan dan kasih sayang dari sohibul haul, Eyang Suryo Kusumo,” ujarnya.
Para ulama yang hadir juga berpesan agar jamaah senantiasa meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dan para wali. Diharapkan, semangat kebersamaan dan kepedulian sosial yang diwariskan oleh Eyang Suryo Kusumo dan Sayyid Ahmad Bafaqih terus terjaga dalam kehidupan masyarakat.(Isman)
Post A Comment:
0 comments: