Tag Label

Kepolisian (3802) daerah (1031) Pemerintahan (556) Jurnalistik (406) Demontrasi (84) Lintas Opini (73) DPRD (69) Desa (62) RSUD (45) Kebakaran (34) KPU (30) Iklan (29) Mahasiswa (11) DPRD kota pasuruan (8) PDAM (5) Desperindag (4) DPR RI (2)

Tiga Puluh Warga Kampung Weibel, Raja Ampat Ingin Bergabung Kembali Dengan Sorong.

Share it:

 

Warga Kampung Weibel yang bersepakat bergabung dengan Pemerintahan Kabupaten Sorong Distrik Salawati Selatan.


Aimas, Papua Barat Daya | suarakpkcyber.com - Warga Kampung Weibel, Distrik Salawati Barat, Kabupaten Raja Ampat ingin bergabung kembali dengan Sorong sebagai kabupaten induk.

Melalui pernyataan sikap secara tertulis dan ditandatangani sekitar 30 orang perwakilan dari kampung tersebut, Selasa (23/12/2025) siang kemarin di Kampung Weibel. Bahwa alasan untuk kembali bergabung dengan Kabupaten Sorong, karena selama ini kami tidak mendapat perhatian apapun dari Pemkab Raja Ampat.

Untuk diketahui bahwa Kampung Weibel ini merupakan pemekaran dari Kampung Kaliam pada tahun 2020.

Salah satu perwakilan Tokoh masyarakat Kampung Weibel, Gaspers M menyatakan kepada wartawan, lebih lanjut Gasper menjelaskan bahwa sejak kampung kami dimekarkan 2020 ini, kami tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Pemda Raja Ampat.

" Kami tidak pernah dapat bantuan apapun dari Pemda Raja Ampat sejak pemekaran" ujarnya.

Sambung dia, Gesper M dan masyarakat Weibel ingin bergabung kembali ke kabupaten Induk atau Sorong.

" Alangkah baiknya kami pindah kembali ke kabupaten induk (Kabupaten Sorong). Termasuk, selama ini kami juga tidak mendapatkan pembangunan fasilitas umum" imbuhnya.

Fasilitas umum yang dimaksud, seperti pembangunan gedung sekolah (SD), Pustu (Puskesmas Pembantu) dan lainnya. 

“Intinya, pembangunan fasilitas umum apapun dari Pemda Raja Ampat ke Kampung Weibel ini tidak tersentuh sama sekali,” akui Gaspers dan direspons positif dari warga yang menghadiri pada pertemuan tersebut.

Bahkan, untuk menyekolahkan sekitar kurang lebih 20 anak kami dari Kampung Weibel ini ke SD di Kampung Kalian harus menggunakan perahu dengan jarak yang cukup jauh (berjam-jam). Tentu hal ini sangat kami sesali, ungkap Gaspers dengan nada kesal.

Selain itu, kata Gaspers, beberapa hari lalu, kami dari sejumlah perwakilan sempat menemui Bupati Raja Ampat, Orideko Burdam di Waisai. Dalam pertemuan tersebut, soal tanggapan dari beliau (Bupati Raja Ampat) belum ada kepastian. Bahkan, beliau sampaikan hanya dua tahun lagi.

Bagi kami dua tahun lagi waktu yang cukup lama. “Alasan yang paling penting di sini bahwa bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah, baik itu dari pemerintah pusat maupun Pemda Raja Ampat pihaknya belum pernah dapat sama sekali,” ucap Gaspers.

Beliau juga menambahkan mengenai nomor register di kementerian dalam negeri untuk kamling Weibel di masa pemerintahan Gubernur Dominggus.

“Lebih aneh lagi kok, nomor register dari Kementerian Dalam Negeri untuk Kampung Weibel ini sudah ada. Sejak kita masih bergabung dengan Provinsi Papua Barat di masa pemerintahan Gubernur Dominggus Mandacan di periode pertama itu.

Nomor register Kampung Weibel adalah 05.21.008, tapi yang kami tidak habis berfikir hanya kampung kami ini yang tidak pernah mendapatkan bantuan dana desa. Sedangkan, ada beberapa kampung tetangga lainnya sudah mendapatkan dana desa itu, tambahnya.

Selain dana desa, bantuan langsung tunai (BLT) serta berbagai jenis bantuan yang dikucurkan pemerintah pusat selama ini, kami di sini hanya tahu sebatas informasi saja dan tidak satu kali pun kami terima, kesalnya.

“Jadi, dengan adanya berbagai masalah yang sangat tidak jelas itu, alangkah baiknya, kami segera pindah ke Kabupaten Sorong agar biar jelas status kami. Biar lihat kitorang dan bisa mendapat perhatian langsung dari kabupaten induk kami ini,”pintanya.

Berikutnya, kata Gaspers daripada sudah lima tahun lebih ini kondisi kami masih seperti ini terus. Mending, segera kami semua ambil langkah yang pasti untuk memperoleh kejelasan status kami untuk kembali bergabung di Distrik Salawati Selatan, Kabupaten Sorong.

Sementara itu, tokoh perempuan setempat, Marice Tepimbu dengan lantang mengatakan bahwa keberadaan kami di Kampung Weibel ini sebagai tempat untuk meminta dukungan suara, saat momen politik saja. Seperti pemilihan calon anggota legislatif dan pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat.

Setelah momen itu selesai, maka hubungan kami akan selesai begitu saja. Tanpa ada tindak lanjut apapun program dari pemerintah, entah itu melalui anggaran dana desa (dana kampung) yang bersumber dari APBN maupun berbagai jenis bantuan apapun belum pernah tersentuh atau kami terima. 

“Hal ini patut kami sangat sesali (kecewa). Jadi pada prinsipnya para pihak yang berkepentingan datang ke Kampung Weibel ini untuk meminta dukungan suara dan setelah itu hilang tak kunjung datang lagi,” beber Marice tokoh wanita yang cukup vokal kepada awak media suarakpkcyber.

Marice menambahkan, saaat kami ada 6 orang perwakilan temui Bupati Raja Ampat beberapa hari kemarin, untuk menyampaikan aspirasi seperti yang telah dijelaskan oleh sumber pertama tadi dari kami.

Bahwa rencana kami dari Kampung Weibel ini untuk kembali bergabung dengan Kabupaten Sorong di hadapan Bupati Raja Ampat. Lantas beliau (Bupati Raja Ampat) bertanya apakah masalah ini bisa? Dengan suara lantang 6 perwakilan kami ini mengatakan sangat bisa.

Usai dari pertemuan itu mereka langsung membubarkan diri.Bahkan, saking kesalnya warga 6 orang itu saat disuguhi minuman, merekapun tak meneguk sedikitpun dan langsung bergegas pulang.

Rencananya, dalam waktu dekat ini sejumlah tokoh Kampung Weibel untuk bertatap muka dengan Bupati Sorong Johny Kamuru. 

Selanjutnya, mereka minta untuk difasilitasi bisa bertemu langsung dengan Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu agar segera mencarikan solusi untuk secepatnya kami pindah atau bergabung kembali dengan Kabupaten Sorong.

Acara diakhiri dengan sesi foto bersama. Kegiatan yang cukup sederhana ini mendapat sambutan positif dari sejumlah warga yang hadir untuk menyerahkan pernyataan sikap ini kepada pihak yang dianggap sangat berkompeten untuk menyelesaikan persoalan ini. (dedi)

Share it:

daerah

Jurnalistik

Post A Comment:

0 comments: